BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Portofolio
Menurut
ahli keuangan J Fred Weston, portofolio dapat diartikan sebagai kombinasi atau
gabungan berbagai aktiva. Aktiva itu dapat diartikan sebagai investasi surat
berharga finansial seperti deposito, properti atau real aset, obligasi, saham,
dan bentuk penyertaan lainnya.[1] Portofolio
merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu
sasaran umum investasi. Sasaran dari suatu portofolio investasi tentunya sangat
tergantung pada individu masing-masing investor.[2]
Portofolio
menggambarkan kepemilikan dari pada instrumen investasi yang disusun dengan
perencanaan yang matang untuk pencapaian hasil yang optimal melalui penyebaran
risiko. Portofolio mempunyai beberapa alternatif variasi dengan pertimbangan
investor harus melihat risiko dan tingkat keuntungan yang bergerak positif
didalam portofolio. Portofolio merupakan sekumpulan investasi yang menyangkut
identifikasi saham-saham yang mana akan dipilih dan menentukan proporsi dana
yang ditanamkan pada masing-masing saham tersebut.[3]
Berdasarkan
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa portofolio merupakan kombinasi
kepemilikan dari dua saham perusahaan yang berbeda agar investor bisa meraih
return optimal sekaligus dapat memperkecil risiko melalui diversifikasi.
B. Faktor-Faktor dalam Investasi Portofolio
Menurut
Rahardja dan Manurung faktor-faktor yang mempengaruhi investasi langsung dan
portofolio adalah sebagai berikut :[4]
1. Tingkat
pengembalian yang diharapkan (Expected Rate Of Return)
Kemampuan
perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi
oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.
a. Kondisi
internal perusahaan
Kondisi
internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya
tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek
tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.
Artinya, semakin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka
semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
b.
Kondisi eksternal perusahaan
Kondisi
eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi
domestik maupun internasional serta tingkat inflasi yang terjadi. Jika
perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis,
biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi
dapat dinaikkan.
Selain
perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat
menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak, misalnya diperkirakan
akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial
politik juga menentukan gairah investasi, karena jika sosial politik stabil
maka pada umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi
keamanan negara).
2. Ramalan
mengenai keadaan di masa yang akan datang
Ramalan
yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada
masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil (tingkat
inflasi stabil) dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan
masyarakat akan berkembang dengan lebih cepat, merupakan keadaan yang akan
mendorong pertumbuhan investasi. Jika terjadi inflasi maka akan menurunkan
investasi portofolio yang akan ditanam oleh para investor, sehingga kondisi ini
akan mempengaruhi menurunnya harga sekuritas di pasar modal sehingga
menyebabkan investor lebih suka menanamkan uangnya dalam bentuk investasi yang
lain, misalnya dengan menyimpan uangnya di bank atau tabungan daripada
menginvestasikannya dalam bentuk saham, obligasi maupun sekuritas lainnya. Hal
ini akan mendorong mereka untuk melepas sekuritas yang mereka miliki, sehingga sekuritas
yang dilepas akan meningkatkan jumlah yang ditawarkan di pasar modal, dan
selanjutnya akan menekan harga. Jadi, semakin baik keadaan masa depan maka
semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha. Oleh sebab
itu mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau
sedang dirumuskan dan direncanakan.[5]
3. Tingkat
bunga
Tingkat
bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan
keinginan untuk menanamkan modal apabila tingkat pengembalian modal dari
penanaman modalnya itu, yaitu persentase keuntungan neto (tetapi sebelum
dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari
tingkat bunga.
4. Biaya investasi
Yang
paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman, karena
semakin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi semakin mahal. Akibatnya
minat berinvestasi semakin menurun.
Faktor
lembaga juga mempengaruhi biaya investasi karena prosedur izin yang
berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan
memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi semakin mahal. Demikian halnya
dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas
politik, dan keadaan keamanan.
5. Tingkat
pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Hubungan
antara pendapatan nasional dan investasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang cukup erat di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Investasi
akan meningkat apabila pendapatan nasional semakin meningkat dan begitu juga
sebaliknya.[6]
C. Langkah-Langkah Investasi Portofolio
Kata
invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam kamus
istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman
uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Dan dalam kamus lengkap ekonomi, investasi didefinisikan sebagai
penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta
tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu
supaya menghasilkan pendapatan.
Untuk
tercapainya tujuan investasi, dibutuhkan suatu proses dalam pengambilan
keputusan, sehingga nantinya keputusan tersebut sudah bisa dipertimbangkan
ekpektasi return yang akan didapatkan dan risiko yang akan dihadapi nantinya.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengambilan keputusan investasi
portofolio yaitu adalah:[7]
1.
Menentukan Kebijakan Investasi
Pada
tahap pertama ini, investor yang menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang akan
diinvestasikan. Dalam hal ini terdapat hubungan positif antara risiko dan
return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya
tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa
akan ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan
investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
2.
Analisis Sekuritas
Pada
tahap kedua ini analisis sekuritas meliputi penilaian sekuritas secara
individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan dari penilaian
tersebut adalah guna untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa harga sekuritas adalah wajar karena mereka
beranggapan bahwa pasar modal efisien Dengan demikian, pemilihan sekuritas
bukan didasarkan dari kesalahan harga akan tetapi berdasarkan preferensi risiko
para investo, pola kebutuhan kas, dan sebagainya.[8]
3.
Pembentukan Portofolio
Tahap ketiga
ini, membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi asset khusus mana yang
akandiinvestasikan dan menentukan pula seberapa besar investasi pada tiap asset
tersebut. Pada tahap ini masalah selektivitas, penentuan waktu, dan
disversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
Dalam investasi,
investor sering melakukan disversifikasi dengan mengkombinasikan berbagai.
sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk
portofolio. Selektivitas disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada
peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Dan penentuan waktu disebut pula
sebagai macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham
biasa relative terhadap sekuritas pendapatan teta, semisal obligasi perusahaan.
Sedangkan disversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa
sehingga meminimalkan risiko dengan memperhatikan batasan tertentu
4.
Melakukan Refisi Portofolio
Pada tahap
keempat ini, berhubungan dengan pengulangan secara periodic dari tiga langkah
sebelumnya. Dengan berjalannya waktu, kemungkinan investor akan mengubah tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi
lainnya disesuaikan sengan preferensi investor tentang risiko dan return itu
sendiri.
5.
Evaluasi kinerja portofolio
Pada langkah
yang terakhir ini, investor mulai melakukan penilaian terhadap kinerja
portofolio secara periodik dalam artian tidak hanya return yang diperhatikan
namun risiko yang dihadapi juga perlu diperhatikan. Jadi, diperlukan ukuran
yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan.[9]
D. Risiko Tingkat Pengembalian Portofolio
Dalam portofolio, risiko sebuah aset dapat dibagi menjadi 2
komponen, yaitu sebagai berikut:
1.
Risiko
yang Dapat Didiversifikasi (Diversifiable Risk)
Risiko yang dapat didiversifikasi disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa acak, seperti gugatan hukum, mogok kerja, program pemasaran
yang berhasil dan tidak berhasil, memenangkan atau kehilangan kontrak penting,
dan peristiwa-peristiwa buruk lainnya yang menimpa perusahaan. Peristiwa ini
terjadi secara acak, pengaruhnya pada suatu portofolio dapat dihilangkan
melalui diversifikasi, yaitu dimana peristiwa buruk yang menimpa satu
perusahaan akan ditutupi oleh perisitiwa baik yang dialami perusahaan lainnya.
2.
Risiko
Pasar (Market Risk)
Risiko pasar mencerminkan risiko penurunan pasar saham secara umum
yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko pasar ini muncul
akibat faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar
perusahaan, seperti inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi. Sebagian besar
saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor di atas sehingga
risiko pasar tidak dapat dihilangkan oleh diversifikasi.[10]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tidak semua risiko dapat
dihilangkan dengan diversifikasi, risiko-risiko yang berhubungan dengan
pergerakan pasar secara luas akan tetap ada. Adapun risiko yang tersisa setelah
diversifikasi adalah risiko pasar. Risiko ini dapat diukur dari sejauh apa
suatu saham tertentu cenderung bergerak naik atau turun mengikuti pasar.
Suatu aset dengan tingkat risiko relevan (pasar) yang tinggi harus
menawarkan tingkat pengembalian yang diharapkan relatif tinggi untuk dapat
menarik para investor. Investor umumnya menghindari risiko, sehingga mereka
tidak akan membeli aset yang berisiko, kecuali jika aset tersebut memiliki
tingkat pengembalian yang diharapkan tinggi.[11]
Dengan kata lain, jika investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih
tinggi, maka investor tersebut harus menanggung risiko yang lebih tinggi pula.
E. Proses Manajemen Portofolio
Manajemen
portofolio adalah suatu proses yang dilakukan oleh investor untuk mengatur
uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuat. Manajemen
portofolio dipandang sebagai suatu proses sistematik yang dinamis. Karena
manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses, maka dapat diaplikasikan
kepada setiap investor atau manager investasi. Menurut CFA (Chartered Financial Analyst) yang merupakan institusi terkenal
yang mengembangkan standar professional investasi untuk para anggotanya, proses
manajemen portofolio meliputi:[12]
1.
Perencanaan
Portofolio
Tahapan
awal dari manajemen portofolio adalah perencanaan (planning). Tahap perencanaan ini memfokuskan pada penentuan
input-input yang diperlukan untuk membentuk portofolio, yaitu yang pertama return
ekspektasian individual sekuritas (input ini digunakan untuk membentuk return
ekspektasian portofolio), yang kedua varian return individual sekuritas, dan
yang ketiga kovarian return individual sekuritas. Varian dank ovarian return
individual sekuritas digunakan untuk membentuk varian return atau risiko
portofolio.
Faktor-faktor
yang menentukan input-input ini berasal dari diri investor sendiri
(sasaran-sasaran, hambatan-hambatan, dan preferensi-preferensi) dan dari pasar
modal (dengan mempertimbangkan keadaan ekonomik, social, politik, dan sector
yang relevan). Hasil dari perencanaan ini adalah kebijakan-kebijakan dan
strategi-strategi portofolio serta ekspektasi-ekspektasi pasar yang nantinya
dibutuhkan dalam pembentukan portofolionya.
2.
Eksekusi
Portofolio
Mengeksekusi
portofolio berarti membuat portofolionya jika portofolio masih belum dibuat dan
merevisinya dikemudian hari berdasarkan umpan balik yang diterima. Beberapa
tahapan dalam mengeksekusi portofolio adalah sebagai berikut ini:
a. Alokasi
aktiva (asset allocation)
b. Optimalisasi
portofolio (portofolio optimization)
c. Pemilihan
sekuritas (security selection)
d. Implementasi
dan eksekusi
3.
Umpan Balik
Kinerja Portofolio
Proses
ini yang membedakan antara manajemen portofolio dengan hanya sekedar membuat
portofolio. Portofolio yang sudah dibuat tidak dapat hanya dibiarkan saja,
karena kinerjanya dapat menurun setiap saat di masa depan. Kondisi pasar yang
jelek misalnya akan dapat menurunkan kinerja portofolio. Oleh karena itu
kondisi pasar harus selalu dipantau untuk menjaga kinerja portofolio akan tetap
optimal. Jika kinerja portofolio menjadi tidak optimal karena kondisi pasar
yang berubah, maka portofolio ini perlu diseimbangkan kembali (rebalancing).
Dalam
memantau kondisi pasar, perlu memperhitungkan kondisi pasar yang terjadi,
sehingga keputusan investasi dapat menyesuaikan dengan kondisi pasar. Kondisi
pasar sekarang yang perlu dipantau adalah kondisi makro ekonomi, inflasi,
tingkat suku bunga, politik, social, dan keamanan. Selain itu, perubahan
keadaab dab prefernsi investor juga perlu dipantau.[13]
4. Mengukur
Kinerja Portofolio
Untuk mengetahui apakah
sasaran investor masih tercapai, maka kinerja portofolio perlu dihitung dan
diukur setiap saat dan dibandingkan dengan benchmark sasaran investor. Kinerja
portofolio dapat dihitung berdasarkan return portofolionya saja. Karena tukaran
(rade-off) antara return dan resiko, pengukuran portofolio berdasarkan
returnnya saja mungkin tidak cukup, tetapi harus mempertimbangkan keduanya
yaitu return dan resikonya. Pengukuran yang melibatkan kedua faktor ini disebut
dengan return sesuaian (risk-adjusted
return).
F. Model Manajemen Portofolio
Terdapat beberapa model dari manajemen portofolio, yaitu:[14]
1.
Model
pertumbuhan spekulatif (Speculative growth model).
Dengan model ini para investor diharapkan memperoleh keuntungan
yang tinggi akibat perubahan harga (capital gain) di pasar sekuritas,
sekalipun akan menghadapi tingkat risiko yang relatif besar. Biasanya, motif
orang melakukan investasi atas sekuritas itu karena perusahaan tempat
berinvestasi memiliki potensi meningkatnya harga pasar sekuritas, sekalipun
kemungkinan pada saat ini tidak memberikan penghasilan yang menarik. Para
pengusaha atau profesional muda cocok menggeluti tantangan dunia bisnis ini.
2.
Model
perumbuhan jangka panjang (Long term growth model).
Untuk memperoleh keuntungan diversifikasi dari spread kenaikan
harga pasar yang bersifat jangka panjang, biasanya risiko yang dihadapi relatif
kecil. Kemungkinan sifat para investor dalam model itu adalah selalu
menghindari risiko. Dengan kata lain, tidak mau menanggung risiko yang
berlebihan. Oleh karena itu, jenis portofolio itu menekankan pertumbuhan harga
pasar yang berjangka panjang dengan rata-rata keuntungan dan risiko yang ideal.
Golongan investor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang pasar
portofolio yang memadai sangat cocok menerapkan model itu.
3.
Model
keuntungan berjalan (Current return model).
Fokus model ini adalah bagaimana
para investor menerima keuntungan yang banyak dengan prasyarat seperti jaminan investasi
yang aman hingga jatuh tempo. Dengan kata lain, investor akan memperoleh kas
masuk setiap periode tertentu selama kurun waktu yang diprediksikan, misalnya
untuk keperluan biaya pendidikan, dana pensiun, dan sebagainya. Dapat dikatakan
bahwa bentuk investasi itu mirip dengan asuransi.
G. Pembentukan Portofolio
Terdapat dua macam pembentukan dalam portofolio, yaitu:[15]
1.
Portofolio
Optimal
Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang
investor dari sekian banyak alternatif yang ada pada kumpulan portfolio yang
efisien. Pemilihan portofolio tersebut disesuaikan dengan preferensi investor
yang bersangkutan terhadap return maupun risiko yang melekat pada
portfolio yang dipilihnya.
Pembentukan portofolio optimal dapat
dilakukan dengan dua metode:
a.
Pendekatan
Markowitz
1)
Teori
Markowitz didasari asumsi: 1 Model ini menghubungkan perhitungan return setiap
asset pada return indeks pasar
2)
Periode
investasi tunggal (misal 1 tahun) 2 Asumsi yang digunakan p ada model ini:
a)
Tidak
ada biaya transaksi Sekuritas akan berkorelasi hanya jika
sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai
respon yang sama terhadap perubahan pasar
b)
Preferensi
investor hanya berdasarkan pada expected return dan risiko
b.
Belum
memperhitungkan kemungkinan bahwa investor akan melakukan investasi pada asset
bebas risiko
c.
Model
ini dapat menyederhanakan perhitungan
Model Markowitz
d.
Perhitungannya
cenderung kompleks dan rumit
2.
Single
Index Model
a.
Model
ini menghubungkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar
b.
Periode
investasi tunggal (misal 1 tahun) 2 Asumsi yang digunakan pada model ini:
c.
Tidak
ada biaya transaksi Sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang sama terhadap
perubahan pasar.
d.
Model
ini dapat menyederhanakan perhitungan
Model Markowitz
2.
Portofolio
Efisien
Menurut Bodie et al, dalam pembentukan portofolio, investor
selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko
tertentu yang bersedia ditanggungnya atau mencari portofolio yang menawarkan
risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Karakteristik portofolio
seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien.[16]
Dalam membentuk portfolio yang efisien harus berpedoman pada asumsi
tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang
akan diambil. Salah satu asumsi yang paling penting adalah pada umumnya semua
investor tidak menyukai risiko (risk averse). Investor seperti ini jika
dihadapkan pada beberapa alternatif investasi yang menawarkan return yang
sama dengan risiko yang berbeda akan cendrung memilih investasi dengan risiko
yang lebih rendah.
Membentuk portofolio yang efisien perlu diperhatikan koefisien
tingkat keuntungan dari masing-masing aset yang membentuk portofolio. Koefisien
korelasi dari suatu portofolio mencerminkan keeratan hubungan antara tingkat
keuntungan dari aset-aset yang membentuk portofolio.
Portofolio yang efisien akan mempunyai koefisien korelasi dari
aset-aset yang mendekati negatif satu. Jika koefisen korelasi positif satu,
maka portofolio tidak akan bermanfaat karena tidak akan mengurangi risiko
(hanya merupakan rata-rata tertimbang dari risiko individu), dan apabila koefisien
korelasi positif sempurna, maka harga kedua aset tersebut sama-sama naik atau
sama-sama turun, sehingga portofolio yang terbentuk tidak mempengaruhi.
c)
Perhitungan
Keuntungan Yang Diharapkan Pada Portofolio
Adapun pengertian dari portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang
khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilkukan oleh seorang investor
untuk menurunkan resiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk
salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut.[17]
Contoh:
Diketahui
seorang investor memiliki dana sebesar Rp2.000.000.000,- dan melakukan
keputusan investasi pada portofolio A dan B.
Saham dan
Expected Return
Saham
|
Jumlah
|
E (R)
|
A
|
Rp800.000.000,-
|
10%
|
B
|
Rp1.200.000.000,-
|
7%
|
|
Penyelesaian menggunakan rumus:
Keterangan:[18]
·
E (RP)
= expected return portofolio
·
E(RA)
= expected return A
·
E (RB)=
expected return B
·
XA=
uang yang diinvestasikan pada saham A
·
XB
= uang yang diinvestasikan saham B
Maka
hitungannya dapat kita lakukan sebagai berikut:
E (RP)
= (800.000.000) (0,10) + (1.200.000.000)(0,07) = Rp 164.000.000
Untuk
presentase kita dapat menghitungnnya dengan cara:
E(RP)=[(800.000.000)(0,10)2.000.000.000]+[(1.200.000.000)(0,07):2.000.000.000]
= 0,04 + 0,042
=0,082
Hasil hitungan
dengan presentase akan memperlihatkan tingkat keuntungan untuk portofolio
dengan modal yang dimiliki oleh nvestor tersebut adalah sebesar Rp
2.000.000.000,- yaitu ia memperoleh 0,082%.[19]
d)
Pengukuran
Kinerja Portofolio
Setelah suatu portofolio dijalankan, selanjutnya mengevaluasi
kinerja dari portofolio.
1. Variabel
untuk penilaian
Dalam
melakukan penilaian kinerja portofolio menggunakan variabel-variabel yang
relevan, yaitu tingkat keuntungan dan resiko.
a. Tingkat
keuntungan
Tingkat keuntungan yang
diperoleh dipengaruhi dua sumber yaitu capital gains (keuntungan modal) dan
dividen (pembagian laba).
Ilustrasi
Portofolio terdiri dari
saham A dan saham B. Dibeli saham A senilai Rp.50 juta dan saham B senilai
Rp.50 juta, selama 1 tahun saham A menerima deviden Rp.4 juta dan saham B
menerima deviden Rp.3 juta. Pada akhir tahun nilai saham A menjadi Rp.54 juta
dan saham B menjadi Rp.59 juta. Maka tingkat keuntungannya adalah:
Capital gains Deviden
Saham A = Rp. 4 juta Saham A =Rp.4
juta
Saham B =Rp. 9 juta Saham B =Rp.3
juta
Total =Rp. 13 juta Total =Rp.7
juta
Keuntungan selama 1
tahun adalah sebesar Rp. 20 juta (Rp.13juta + Rp.7 juta), dengan nilai
investasi awal Rp.100 juta maka tingkat keuntungannya adalah 20%.
b. Risiko
Pengukuran
resiko yang relevan bagi pemodal mungkin adalah standar deviasi portofolio atau
beta portofolio, akan tetapi masalah yang dihadapi adalah kapan akan
menggunakan standar deviasi dan kapan menggunakan beta portofolio.
2. Teknik
Penilaian
Terdapat
2 macam teknik penilaian dalam manajemen portofolio:[20]
a. Perbandingan
langsung
Membandingkan
langsung kinerja suatu portofolio dengan portofolio lainnya yang mempunyai
resiko kurang lebih sama.
b. Menggunakan
kinerja tertentu
Menggunakan
ukurang kinerja tetentu misalnya ukuran sharpe (Sharpe’s Measure).
Keterangan
:
S : hasil pengukuran sharpe
: return portofolio
: risk free
rate (misalnya tingkat suku bunga SBI)
: standar deviasi portofolio
Contoh
kasus
Portofolio
BANK A memberikan return 23% dan
portofolio BANK U 25%, sedangkan standar deviasi dari kedua portofolio tersebut
adalah 12% pada BANK A dan 15% pada BANK U. suku bunga SBI sebesar 14%.
portofolio manakah yang lebih baik?
Penyelesaian
kasus :
Dari
perhitungan untuk Sharpe diatas maka portofolio BANK A sedikit lebih baik
dibandingkan dengan portofolio BANK U, meskipun tingkat keuntungan portofolio
BANK A lebih rendah dari portofolio BANK U.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Pariang
Siagian, Model Manajemen Portofolio, Laporan Teknis Berkala
Komputerisasi Akuntansi, Vol. 11 No. 3, Sept. 2003, h.166
[2] Suhartono,dkk.
Portofolio investasi dan Bursa Efek, (Yogyakarta: Unit Penerbit Dan
Pencetak, 2009), h. 119
[3] Selly Uli
Siregar, Analisa Pembentukan Portofolio Pada Perusahaan Real Estate dan
Property DI BEI, Jurnal Ilmu &
Riset Manajemen Vol. 3 No.5
tahun 2014, h. 3.
[4] Diah
Kartikasari, Analisis Portofolio Manajemen Investasi & Portofolio Sistem
Perekonomian Indonesia, dalam laman
http://diahkartikasari2004.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
diakses pada 06 Desember 2017
[5] Ibid.,
[6] Ibid.,
[7] Nurul Huda
& Mustafa E.N, Investasi Pada Pasar
Modal Syariah, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm. 7.
[8] Ibid, h. 9.
[9] Ibid, h. 9-10.
[10] Eugene F.
Brigham dan Joel F. Huston, Dasar-Dasar Manejemen Keuangan, (Jakarta:
Salemba Empat, 2010), h. 346.
[11] Ibid, h. 322-323.
[12]Dedi Suselo, Dunia
Manajemen Portofolio, diakses dari http://dedisuselopress.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-portofolio.html, di akses pada
tanggal 5 Desember 2017.
[13] Ibid.,
[14] Pariang
Siagian, Model Manajemen Portofolio, Laporan Teknis Berkala
Komputerisasi Akuntansi, Vol. 11 No. 3, Sept. 2003, h. 169-170.
[15] Selly Ui
Siregar, Analisis Pembentukan Portofolio Pada Perusahaan Real Estate dan
Property di BEI, Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol 3 No 5 tahun 2015.
[16] Ibid.,
[17] Irham Fahmi, Manajemen
Risiko, (Bandung: Alfabeta, 2016), h.302-303
[18] Irham Fahmi, Manajemen
Risiko, h.302-303.
[19] Ibid.,
[20] Ibid., h.
124
Comments
Post a Comment