Sepercik Harapan di Kegelapan
Kuliah
Pengabdian Masyarakat atau biasa disingkat dengan KPM adalah salah satu program
yang diambil oleh mahasiswa semester akhir sebelum skripsi. Inilah sepenggal kisahku saat berada di
sebuah desa yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, yang belum tau apa-apa
disana yang masih awam tentang segala sesuatu disana, semoga cerita ini
memberikan inspirasi dan motivasi bagi pembaca dan penulis.
Sebuah
pengalaman yang tak mungkin terulanfg untuk kedua kalinya dalam hidup inio
dimana kita langsung besinggungan dengan masyarakat, langsung berinteraksi
dengan masyarakat dan dipaksa untuk bisa dalam segala hal. Dari hal tersebuit
saya merasa penasaran bagaimana rasanya KPM itu, perasaan penasaran tersebut
terjawab sudah ketika saya melakukan survei lokasi KPM bersama teman-teman
mahasiswa lainnya, saat itu saya tiba pada malam hari sehingga tidak begitu
jelas bagaimana kondisi wilayah desa yang akan saya tinggali selama 40 hari
kedepan, setelah beberapa kali bertanya kepada penduduk sekitar barulah kami
sampai di rumah yang masih asing bagi saya, yaitu rumah adat lampung, yang
bertingkat di atasnya, awal kedatangan kami disambut baik oleh bapak bayazid
selaku peratin dan ibu fatwamati selaku istri beliau, setelah melakukan perbincangan dan
membicarakan maksud dan tujuan kami
datang, saya dan teman saya dwi menginap di rumah bapak bayazid, dengan kondisi
badan yang sempoyongan karena tenaga sudah terkuras habis selama perjalan
selama 7 jam, saat terbangun di pagi hari terdengar suara ombak yang semakin
keras, dan kemudian saya dan dwi melnjutkan perjalanan pulang menuju kota
metro.
Tibalah
pada hari dimana kami melaksanakan tugas dari kampus pada tanggal 09 agustus
2018 kami dilepas dari pihak kampus dan kemudian pada tanggal 10 agustus kami
diterima dengan baik oleh bupati Kab Pesisir Barat Bapak Agus Istiqlal ataupun
yang mewakili, metelah melaksanalkan kegiatan yang panjang samapilah kami
kerumah bapak bayazid, sambutan hangat warga sekitar pekonmon dan keluarga
bapak yang baikmerupakan awal pertemuan yang menyenangkan bagi kami, disini
kami di anggap sebagai anak sendiri oleh bapak bayazid. Baliau merupakan sosok
pemimpin rumah tangga panutan saya, sikap, sifat kedisiplinan, ketekunan,
keuletannya patut untuk dijadikan contoh bagi saya, beliau bisa menjadi ayah,
bapak, peratin, guru yang memberikan masukan memberikan evaluasi memberikan
pengarahan kepada anak-anaknya, seorang ayah yang melindungi anak-anaknya,
seorang pemimpin yang mengayomi rakyatnya.
Hari
berhanti hari, kami melaksanakan tugas KPM di pekon pekonmon dengan baik,
melalui arahan dari beliau, saat yang paling membahagaiakan bagi saya yaitu
pada saat kami dapat membantu masayrakat pekon pekonmon dalam menghadapi lomba
dalam rangka HUT RI KE 73 yang akan dilaksanakan di Kantor Kecamatan Nagambur,
melalui bimbingan yang kami berikan kepada masyarakat terkhusus kepada ibu-ibu
rabana syifaul qolbi kami mendapatkan juara 3 dalam lomba mawalan yang
diselelnggarakan pihak kecamatan, yang lebih membanggakan lagi Pekon Pekonmon menjadi
juara umum lomba HUT RI KE 73 Kec Ngambur, berkat dukungan, bantuan dan suppot
kami semua.
Dibenak
saya ternyata seperti inilah rasanya mengabdi kepada masyarakat, kita harus
peka, kita harus paham dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Hari-hari berlalu
kami melaksanakan program-program yang telah kami susun dan kami rencanakan,
Pekonmon memiliki potensi yang besar di sektor pertanian khususnya hasil bumi,
semoga apa yang kamio berikan kepada masayrakat pekonmon meskipun hanya
sedikait tapi memiliki nilai manfaat yang besar bagi perkembangan pekon
pekonmon.
Minggu-minggu
yang kami lewati terasa begitu cepat, beberapa minggu terakhir kami merasakan
beratmbahnya ikatabn persahabatan kami terkhus untuk 10 orang anggota kelompok,
yang tinggal bersama, seatap seperjuangan, sepenanggungan, susah senang kita
lewati bersama, beribu kisah hadir selama 40 hari kita KPM, sifat, watak dari
10 orang sahabat telah diketahui masing-msing dari yang baik sampai yang
buruk,.
Tak
terasa hari perpisahan pun tiba, hari dimana kami tidak menginginkan itu, hari
dimana akan ada kesedihan namun ada doa dan harapan dibaliknya, hari-hari
sebelum kepulangan kami, ibu fatmawati terlihat selalu memikirkan kami, sampai
beliau jatuh sakit, setiap bertemu di ruang bawah selalu berbicara “jika kamu
orang pergi sepi rumah ini, ibu kehilangan 10 orang anak” mendengar hal
tersebut selama hari hari terakhir kami rasanya hati ini ingin menangis, tapi
masih kami bendung sampai hari perpisahan pun tiba.
Pagi
itu acara dilaksanakan di balai pekon, seluruh pemangku dan aparatur pekon
hadir dan peratin, saya mewakili anggota memnyampaikan terimakasih kepada
seluruh msayrakat tanpa terkecuali karena telah menerima kami dngan baik, telah
membimbing dan mengarahkan kami. Satu yang saya paling ingat dari pekonmon
yaitu “aman” . rasa sedihpun tak terbendung lagi, kami berpamitan dengan
aparatur pekon dan peratin kemudian diolanjutkan dengan pelepasan di kecamatan
dan perpiahan denmgan bapak, ibuk kami, sedih rasanya meninggalkan pekonmon,
tapi dari kesedihan itu tersimpan harapan besar dari bapak, ibu peratin agar
kami semua menjadi orang sukses dunia maupun akhirat. Ingatlah selalu hari-hari
yang telah kita lewati bersama selama 40 hari KPM.
Comments
Post a Comment