Skip to main content

Materi Manajemen Portofolio

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Manajemen Portofolio
Menurut ahli keuangan J Fred Weston, portofolio dapat diartikan sebagai kombinasi atau gabungan berbagai aktiva. Aktiva itu dapat diartikan sebagai investasi surat berharga finansial seperti deposito, properti atau real aset, obligasi, saham, dan bentuk penyertaan lainnya.[1] Portofolio merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran umum investasi. Sasaran dari suatu portofolio investasi tentunya sangat tergantung pada individu masing-masing investor.[2]
Portofolio menggambarkan kepemilikan dari pada instrumen investasi yang disusun dengan perencanaan yang matang untuk pencapaian hasil yang optimal melalui penyebaran risiko. Portofolio mempunyai beberapa alternatif variasi dengan pertimbangan investor harus melihat risiko dan tingkat keuntungan yang bergerak positif didalam portofolio. Portofolio merupakan sekumpulan investasi yang menyangkut identifikasi saham-saham yang mana akan dipilih dan menentukan proporsi dana yang ditanamkan pada masing-masing saham tersebut.[3]
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa portofolio merupakan kombinasi kepemilikan dari dua saham perusahaan yang berbeda agar investor bisa meraih return optimal sekaligus dapat memperkecil risiko melalui diversifikasi.



B.  Faktor-Faktor dalam Investasi Portofolio
Menurut Rahardja dan Manurung  faktor-faktor yang mempengaruhi investasi langsung dan portofolio adalah sebagai berikut :[4]
1.    Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected Rate Of Return)
Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.
a.    Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
b.      Kondisi eksternal perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional serta tingkat inflasi yang terjadi. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak, misalnya diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi, karena jika sosial politik stabil maka pada umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).

2.    Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang
Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil (tingkat inflasi stabil) dan pertumbuhan ekonomi maupun pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang dengan lebih cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi. Jika terjadi inflasi maka akan menurunkan investasi portofolio yang akan ditanam oleh para investor, sehingga kondisi ini akan mempengaruhi menurunnya harga sekuritas di pasar modal sehingga menyebabkan investor lebih suka menanamkan uangnya dalam bentuk investasi yang lain, misalnya dengan menyimpan uangnya di bank atau tabungan daripada menginvestasikannya dalam bentuk saham, obligasi maupun sekuritas lainnya. Hal ini akan mendorong mereka untuk melepas sekuritas yang mereka miliki, sehingga sekuritas yang dilepas akan meningkatkan jumlah yang ditawarkan di pasar modal, dan selanjutnya akan menekan harga. Jadi, semakin baik keadaan masa depan maka semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha. Oleh sebab itu mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan.[5]
3.    Tingkat bunga
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanamkan modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu, yaitu persentase keuntungan neto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.
4.    Biaya investasi
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman, karena semakin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi semakin mahal. Akibatnya minat berinvestasi semakin menurun.
Faktor lembaga juga mempengaruhi biaya investasi karena prosedur izin yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi semakin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan.
5.    Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Hubungan antara pendapatan nasional dan investasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Investasi akan meningkat apabila pendapatan nasional semakin meningkat dan begitu juga sebaliknya.[6]
C.  Langkah-Langkah Investasi Portofolio
Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam. Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dan dalam kamus lengkap ekonomi, investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan.
Untuk tercapainya tujuan investasi, dibutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga nantinya keputusan tersebut sudah bisa dipertimbangkan ekpektasi return yang akan didapatkan dan risiko yang akan dihadapi nantinya. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengambilan keputusan investasi portofolio yaitu adalah:[7]
1.    Menentukan Kebijakan Investasi
Pada tahap pertama ini, investor yang menentukan tujuan investasi  dan kemampuan/kekayaannya yang akan diinvestasikan. Dalam hal ini terdapat hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa akan ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
2.    Analisis Sekuritas
Pada tahap kedua ini analisis sekuritas meliputi penilaian sekuritas secara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan dari penilaian tersebut adalah guna untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Pendapat lainnya menyatakan bahwa harga sekuritas adalah wajar karena mereka beranggapan bahwa pasar modal efisien Dengan demikian, pemilihan sekuritas bukan didasarkan dari kesalahan harga akan tetapi berdasarkan preferensi risiko para investo, pola kebutuhan kas, dan sebagainya.[8]
3.    Pembentukan Portofolio
Tahap ketiga ini, membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi asset khusus mana yang akandiinvestasikan dan menentukan pula seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Pada tahap ini masalah selektivitas, penentuan waktu, dan disversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
Dalam investasi, investor sering melakukan disversifikasi dengan mengkombinasikan berbagai. sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektivitas disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Dan penentuan waktu disebut pula sebagai macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relative terhadap sekuritas pendapatan teta, semisal obligasi perusahaan. Sedangkan disversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memperhatikan batasan tertentu
4.    Melakukan Refisi Portofolio
Pada tahap keempat ini, berhubungan dengan pengulangan secara periodic dari tiga langkah sebelumnya. Dengan berjalannya waktu, kemungkinan investor akan mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan sengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.
5.    Evaluasi kinerja portofolio
Pada langkah yang terakhir ini, investor mulai melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik dalam artian tidak hanya return yang diperhatikan namun risiko yang dihadapi juga perlu diperhatikan. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan.[9]
D.  Risiko Tingkat Pengembalian Portofolio
Dalam portofolio, risiko sebuah aset dapat dibagi menjadi 2 komponen, yaitu sebagai berikut:
1.    Risiko yang Dapat Didiversifikasi (Diversifiable Risk)
Risiko yang dapat didiversifikasi disebabkan oleh peristiwa-peristiwa acak, seperti gugatan hukum, mogok kerja, program pemasaran yang berhasil dan tidak berhasil, memenangkan atau kehilangan kontrak penting, dan peristiwa-peristiwa buruk lainnya yang menimpa perusahaan. Peristiwa ini terjadi secara acak, pengaruhnya pada suatu portofolio dapat dihilangkan melalui diversifikasi, yaitu dimana peristiwa buruk yang menimpa satu perusahaan akan ditutupi oleh perisitiwa baik yang dialami perusahaan lainnya.
2.    Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar mencerminkan risiko penurunan pasar saham secara umum yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko pasar ini muncul akibat faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan, seperti inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi. Sebagian besar saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor di atas sehingga risiko pasar tidak dapat dihilangkan oleh diversifikasi.[10]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tidak semua risiko dapat dihilangkan dengan diversifikasi, risiko-risiko yang berhubungan dengan pergerakan pasar secara luas akan tetap ada. Adapun risiko yang tersisa setelah diversifikasi adalah risiko pasar. Risiko ini dapat diukur dari sejauh apa suatu saham tertentu cenderung bergerak naik atau turun mengikuti pasar.
Suatu aset dengan tingkat risiko relevan (pasar) yang tinggi harus menawarkan tingkat pengembalian yang diharapkan relatif tinggi untuk dapat menarik para investor. Investor umumnya menghindari risiko, sehingga mereka tidak akan membeli aset yang berisiko, kecuali jika aset tersebut memiliki tingkat pengembalian yang diharapkan tinggi.[11] Dengan kata lain, jika investor menginginkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, maka investor tersebut harus menanggung risiko yang lebih tinggi pula.
E.  Proses Manajemen Portofolio
Manajemen portofolio adalah suatu proses yang dilakukan oleh investor untuk mengatur uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuat. Manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses sistematik yang dinamis. Karena manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses, maka dapat diaplikasikan kepada setiap investor atau manager investasi. Menurut CFA (Chartered Financial Analyst) yang merupakan institusi terkenal yang mengembangkan standar professional investasi untuk para anggotanya, proses manajemen portofolio meliputi:[12]
1.    Perencanaan Portofolio
Tahapan awal dari manajemen portofolio adalah perencanaan (planning). Tahap perencanaan ini memfokuskan pada penentuan input-input yang diperlukan untuk membentuk portofolio, yaitu yang pertama return ekspektasian individual sekuritas (input ini digunakan untuk membentuk return ekspektasian portofolio), yang kedua varian return individual sekuritas, dan yang ketiga kovarian return individual sekuritas. Varian dank ovarian return individual sekuritas digunakan untuk membentuk varian return atau risiko portofolio.
Faktor-faktor yang menentukan input-input ini berasal dari diri investor sendiri (sasaran-sasaran, hambatan-hambatan, dan preferensi-preferensi) dan dari pasar modal (dengan mempertimbangkan keadaan ekonomik, social, politik, dan sector yang relevan). Hasil dari perencanaan ini adalah kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi portofolio serta ekspektasi-ekspektasi pasar yang nantinya dibutuhkan dalam pembentukan portofolionya.
2.    Eksekusi Portofolio
Mengeksekusi portofolio berarti membuat portofolionya jika portofolio masih belum dibuat dan merevisinya dikemudian hari berdasarkan umpan balik yang diterima. Beberapa tahapan dalam mengeksekusi portofolio adalah sebagai berikut ini:
a.    Alokasi aktiva (asset allocation)
b.    Optimalisasi portofolio (portofolio optimization)
c.    Pemilihan sekuritas (security selection)
d.   Implementasi dan eksekusi
3.    Umpan Balik Kinerja Portofolio
Proses ini yang membedakan antara manajemen portofolio dengan hanya sekedar membuat portofolio. Portofolio yang sudah dibuat tidak dapat hanya dibiarkan saja, karena kinerjanya dapat menurun setiap saat di masa depan. Kondisi pasar yang jelek misalnya akan dapat menurunkan kinerja portofolio. Oleh karena itu kondisi pasar harus selalu dipantau untuk menjaga kinerja portofolio akan tetap optimal. Jika kinerja portofolio menjadi tidak optimal karena kondisi pasar yang berubah, maka portofolio ini perlu diseimbangkan kembali (rebalancing).
Dalam memantau kondisi pasar, perlu memperhitungkan kondisi pasar yang terjadi, sehingga keputusan investasi dapat menyesuaikan dengan kondisi pasar. Kondisi pasar sekarang yang perlu dipantau adalah kondisi makro ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga, politik, social, dan keamanan. Selain itu, perubahan keadaab dab prefernsi investor juga perlu dipantau.[13]
4.    Mengukur Kinerja Portofolio
Untuk mengetahui apakah sasaran investor masih tercapai, maka kinerja portofolio perlu dihitung dan diukur setiap saat dan dibandingkan dengan benchmark sasaran investor. Kinerja portofolio dapat dihitung berdasarkan return portofolionya saja. Karena tukaran (rade-off) antara return dan resiko, pengukuran portofolio berdasarkan returnnya saja mungkin tidak cukup, tetapi harus mempertimbangkan keduanya yaitu return dan resikonya. Pengukuran yang melibatkan kedua faktor ini disebut dengan return sesuaian (risk-adjusted return).
F.   Model Manajemen Portofolio
Terdapat beberapa model dari manajemen portofolio, yaitu:[14]
1.    Model pertumbuhan spekulatif (Speculative growth model).
Dengan model ini para investor diharapkan memperoleh keuntungan yang tinggi akibat perubahan harga (capital gain) di pasar sekuritas, sekalipun akan menghadapi tingkat risiko yang relatif besar. Biasanya, motif orang melakukan investasi atas sekuritas itu karena perusahaan tempat berinvestasi memiliki potensi meningkatnya harga pasar sekuritas, sekalipun kemungkinan pada saat ini tidak memberikan penghasilan yang menarik. Para pengusaha atau profesional muda cocok menggeluti tantangan dunia bisnis ini.
2.    Model perumbuhan jangka panjang (Long term growth model).
Untuk memperoleh keuntungan diversifikasi dari spread kenaikan harga pasar yang bersifat jangka panjang, biasanya risiko yang dihadapi relatif kecil. Kemungkinan sifat para investor dalam model itu adalah selalu menghindari risiko. Dengan kata lain, tidak mau menanggung risiko yang berlebihan. Oleh karena itu, jenis portofolio itu menekankan pertumbuhan harga pasar yang berjangka panjang dengan rata-rata keuntungan dan risiko yang ideal. Golongan investor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang pasar portofolio yang memadai sangat cocok menerapkan model itu.
3.      Model keuntungan berjalan (Current return model).
Fokus model ini adalah bagaimana para investor menerima keuntungan yang banyak dengan prasyarat seperti jaminan investasi yang aman hingga jatuh tempo. Dengan kata lain, investor akan memperoleh kas masuk setiap periode tertentu selama kurun waktu yang diprediksikan, misalnya untuk keperluan biaya pendidikan, dana pensiun, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa bentuk investasi itu mirip dengan asuransi.
G. Pembentukan Portofolio
Terdapat dua macam pembentukan dalam portofolio, yaitu:[15]
1.      Portofolio Optimal
Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak alternatif yang ada pada kumpulan portfolio yang efisien. Pemilihan portofolio tersebut disesuaikan dengan preferensi investor yang bersangkutan terhadap return maupun risiko yang melekat pada portfolio yang dipilihnya.
Pembentukan portofolio optimal dapat dilakukan dengan dua metode:
a.    Pendekatan Markowitz
1)      Teori Markowitz didasari asumsi: 1 Model ini menghubungkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar
2)      Periode investasi tunggal (misal 1 tahun) 2 Asumsi yang digunakan p ada model ini:
a)      Tidak ada biaya transaksi Sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas  tersebut mempunyai respon yang sama terhadap perubahan pasar
b)      Preferensi investor hanya berdasarkan pada expected return dan risiko
b.    Belum memperhitungkan kemungkinan bahwa investor akan melakukan investasi pada asset bebas risiko
c.    Model ini dapat  menyederhanakan perhitungan Model Markowitz
d.   Perhitungannya cenderung kompleks dan rumit
2.    Single Index Model
a.       Model ini menghubungkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar
b.      Periode investasi tunggal (misal 1 tahun) 2 Asumsi yang digunakan pada model ini:
c.       Tidak ada biaya transaksi Sekuritas akan berkorelasi hanya jika  sekuritas-sekuritas  tersebut mempunyai respon yang sama terhadap perubahan pasar.
d.      Model ini dapat  menyederhanakan perhitungan Model Markowitz
2.    Portofolio Efisien
Menurut Bodie et al, dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya atau mencari portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien.[16]
Dalam membentuk portfolio yang efisien harus berpedoman pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang akan diambil. Salah satu asumsi yang paling penting adalah pada umumnya semua investor tidak menyukai risiko (risk averse). Investor seperti ini jika dihadapkan pada beberapa alternatif investasi yang menawarkan return yang sama dengan risiko yang berbeda akan cendrung memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.
Membentuk portofolio yang efisien perlu diperhatikan koefisien tingkat keuntungan dari masing-masing aset yang membentuk portofolio. Koefisien korelasi dari suatu portofolio mencerminkan keeratan hubungan antara tingkat keuntungan dari aset-aset yang membentuk portofolio.
Portofolio yang efisien akan mempunyai koefisien korelasi dari aset-aset yang mendekati negatif satu. Jika koefisen korelasi positif satu, maka portofolio tidak akan bermanfaat karena tidak akan mengurangi risiko (hanya merupakan rata-rata tertimbang dari risiko individu), dan apabila koefisien korelasi positif sempurna, maka harga kedua aset tersebut sama-sama naik atau sama-sama turun, sehingga portofolio yang terbentuk tidak mempengaruhi.
c)    Perhitungan Keuntungan Yang Diharapkan Pada Portofolio
Adapun pengertian dari portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilkukan oleh seorang investor untuk menurunkan resiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut.[17]
Contoh:
Diketahui seorang investor memiliki dana sebesar Rp2.000.000.000,- dan melakukan keputusan investasi pada portofolio A dan B.
Saham dan Expected Return
Saham
Jumlah
E (R)
A
Rp800.000.000,-
10%
B
Rp1.200.000.000,-
7%



E (RP)= XA . E (RA) + XB . E (RB)


 
Penyelesaian menggunakan rumus:


Keterangan:[18]
           ·          E (RP) = expected return portofolio
           ·          E(RA) = expected return A
           ·          E (RB)= expected return B
           ·          XA= uang yang diinvestasikan pada saham A
         ·            XB = uang yang diinvestasikan saham B
Maka hitungannya dapat kita lakukan sebagai berikut:
E (RP) = (800.000.000) (0,10) + (1.200.000.000)(0,07) = Rp 164.000.000
Untuk presentase kita dapat menghitungnnya dengan cara:
E(RP)=[(800.000.000)(0,10)2.000.000.000]+[(1.200.000.000)(0,07):2.000.000.000]
= 0,04 + 0,042
=0,082
Hasil hitungan dengan presentase akan memperlihatkan tingkat keuntungan untuk portofolio dengan modal yang dimiliki oleh nvestor tersebut adalah sebesar Rp 2.000.000.000,- yaitu ia memperoleh 0,082%.[19]



d)   Pengukuran Kinerja Portofolio
Setelah  suatu portofolio dijalankan, selanjutnya mengevaluasi kinerja dari portofolio.
1.    Variabel untuk penilaian
Dalam melakukan penilaian kinerja portofolio menggunakan variabel-variabel yang relevan, yaitu tingkat keuntungan dan resiko.
a.    Tingkat keuntungan
Tingkat keuntungan yang diperoleh dipengaruhi dua sumber yaitu capital gains (keuntungan modal) dan dividen (pembagian laba).
Ilustrasi
Portofolio terdiri dari saham A dan saham B. Dibeli saham A senilai Rp.50 juta dan saham B senilai Rp.50 juta, selama 1 tahun saham A menerima deviden Rp.4 juta dan saham B menerima deviden Rp.3 juta. Pada akhir tahun nilai saham A menjadi Rp.54 juta dan saham B menjadi Rp.59 juta. Maka tingkat keuntungannya adalah:
Capital gains                                     Deviden
Saham A       = Rp. 4 juta                 Saham A         =Rp.4 juta
Saham B       =Rp. 9 juta                  Saham B          =Rp.3 juta
Total              =Rp. 13 juta                Total                =Rp.7 juta
Keuntungan selama 1 tahun adalah sebesar Rp. 20 juta (Rp.13juta + Rp.7 juta), dengan nilai investasi awal Rp.100 juta maka tingkat keuntungannya adalah 20%.
b.    Risiko
Pengukuran resiko yang relevan bagi pemodal mungkin adalah standar deviasi portofolio atau beta portofolio, akan tetapi masalah yang dihadapi adalah kapan akan menggunakan standar deviasi dan kapan menggunakan beta portofolio.




2.    Teknik Penilaian
Terdapat 2 macam teknik penilaian dalam manajemen portofolio:[20]
a.       Perbandingan langsung
Membandingkan langsung kinerja suatu portofolio dengan portofolio lainnya yang mempunyai resiko kurang lebih sama.
b.      Menggunakan kinerja tertentu
Menggunakan ukurang kinerja tetentu misalnya ukuran sharpe (Sharpe’s Measure).



Keterangan :
S                  : hasil pengukuran sharpe
               : return portofolio
                : risk free rate (misalnya tingkat suku bunga SBI)
             : standar deviasi portofolio

Contoh kasus
Portofolio BANK A memberikan return 23% dan portofolio BANK U 25%, sedangkan standar deviasi dari kedua portofolio tersebut adalah 12% pada BANK A dan 15% pada BANK U. suku bunga SBI sebesar 14%. portofolio manakah yang lebih baik?
Penyelesaian kasus :
Dari perhitungan untuk Sharpe diatas maka portofolio BANK A sedikit lebih baik dibandingkan dengan portofolio BANK U, meskipun tingkat keuntungan portofolio BANK A lebih rendah dari portofolio BANK U.



DAFTAR PUSTAKA



[1] Pariang Siagian, Model Manajemen Portofolio, Laporan Teknis Berkala Komputerisasi Akuntansi, Vol. 11 No. 3, Sept. 2003, h.166
[2] Suhartono,dkk. Portofolio investasi dan Bursa Efek, (Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Pencetak, 2009), h. 119
[3] Selly Uli Siregar, Analisa Pembentukan Portofolio Pada Perusahaan Real Estate dan Property DI BEI, Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No.5 tahun 2014,  h. 3.
[4] Diah Kartikasari, Analisis Portofolio Manajemen Investasi & Portofolio Sistem Perekonomian Indonesia, dalam laman http://diahkartikasari2004.blogspot.co.id/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html. diakses pada 06 Desember 2017
[5] Ibid.,
[6] Ibid.,
[7] Nurul Huda & Mustafa E.N, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm. 7.
[8] Ibid, h. 9.
[9] Ibid, h. 9-10.
[10] Eugene F. Brigham dan Joel F. Huston, Dasar-Dasar Manejemen Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 346.
[11] Ibid, h. 322-323.
[12]Dedi Suselo, Dunia Manajemen Portofolio, diakses dari http://dedisuselopress.blogspot.co.id/2015/11/manajemen-portofolio.html, di akses pada tanggal 5 Desember 2017.
[13] Ibid.,
[14] Pariang Siagian, Model Manajemen Portofolio, Laporan Teknis Berkala Komputerisasi Akuntansi, Vol. 11 No. 3, Sept. 2003, h. 169-170.
[15] Selly Ui Siregar, Analisis Pembentukan Portofolio Pada Perusahaan Real Estate dan Property di BEI, Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol 3 No 5 tahun 2015.
[16] Ibid.,
[17] Irham Fahmi, Manajemen Risiko, (Bandung: Alfabeta, 2016), h.302-303
[18] Irham Fahmi, Manajemen Risiko, h.302-303.
[19] Ibid.,
[20] Ibid., h. 124

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Iman, Kufur, Nifaq dan Syirik

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Kehidupan masyarakat yang modern dengan arus globalisasi yang cenderung pada materialism-hedonistik sering mendewa-dewakan harta, kedudukan dan kemewahan tanpa menghiraukan norma-norma agama, dipengaruhi beberapa faktor, baik eksternal maupun internal dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia sering kehilangan pedoman hidup. Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu aqidah atau keyakinan dan sesuatu yang diamalkan atau amaliyah. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan perbuatan. Keimanan dalam islam merupakan dasar atau pondasi yang diatasnya berdiri syariat-syariat islam. Keimanan kita kepada Allah SWT harus terus menerus dipupuk agar semakin kokoh dan kuat, karena ketika keimanan kita terkikis akan menyeret kita kepada kufur. Kekufuran apabila tertanam dalam jiw

Contoh Laporan KKN Terbaru

BAB 1 PENDAHULUAN A.     Dasar Pemikiran Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM)   merupakan sebuah program pengabdian masyarakat yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa di perguruan tinggi. KPM merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat, dimana dalam kegiatan ini mahasiswa diterjunkan langsung   ke dalam masyarakat serta diharapkan dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinngi guna untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Mahasiswa sebagai director of change diharapkan mampu membawa perubahan bagi masyarakat ke arah yang lebih abik melalui proses penganalisaan masalah dalam struktur masyarakat hingga penentuan solusi terbaik dalam memecahkannya. Pengabdian masyarakat yang dilakukan harus diupayakan secara berkesinambungan dengan melakukan berbagai program pelatihan yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Program pelatihan yang dilakukan dapat berupa pengalaman ilmu pengetahuan , teknolog