Skip to main content

Chef Malaysia : Protes Soal Klaim Lumpia Semarang Itu Memalukan

Beberapa waktu belakangan ini, sejumlah publik tanah air diramaikan dengan kabar bahwa Malaysia telah mengklaim lumpia semarang sebagai makanan tradisionalnya. Hal ini mengemuka ketika Generasi kelima pencipta jajanan Lumpia Semarang, Cik Me Me bersama dengan aktivis dari Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada Jumat (20/2/2015) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka menggelar aksi untuk menyampaikan pesan moral agar Malaysia tidak mengklaim makanan Lumpia Semarang.
Menanggapi aksi protes tersebut, seorang chef ternama asal Malaysia Datuk Redzuawan Ismail atau yang dikenal pula dengan sapaan Chef Wan, menilai bahwa protes warga soal polemik lumpia semarang yang dikabarkan diklaim oleh negaranya, merupakan aksi protes yang memalukan.
Sebagaimana dilansir The Rakyat Post, Minggu (22/2/2015), Chef Wan melalui akun instagramnya bahkan menjelaskan bahwa mereka yang melakukan protes terhadap kabar klaim lumpia oleh Malaysia itu merupakan orang-orang yang tampaknya belum pernah pergi ke luar negeri dan menyaksikan bagaimana keragaman kuliner di negara lain.
Alasannya, makanan sepeti lumpia ini ada pula di berbagai negara namun dengan nama yang berbeda-beda, sedangkan untuk cara pembuatan dan penyajiannya sama saja. Bahkan, di Meksiko pun ada makanan yang menyerupai lumpia yang bernama Chimichanga.
Sedangkan di Malaysia sendiri dikenal dengan istilah Popia. Sementara di China, lumpia dikenal sejak Dinasti Jin Timur atau sekitar tahun 265 hingga 420 masehi.
"Di Thailand dan Vietnam juga mereka memiliki versi sendiri. Tapi mereka tidak repot-repot seperti yang Indonesia lakukan. Ini memalukan," tandasnya.
Ia menambahkan bahwa hal itu seharus tidak menjadi perdebatan berkepanjangan lantaran pada dasarnya makanan merupakan anugerah yang patut disyukuri dan seharusnya menjadi media untuk membentuk persahabatan dan bukan sebaliknya justru memicu pertentangan.
"Allah menganugerahkan kepada kita makanan enak untuk dimakan, berbahagialah dan ciptakan persahabatan, bukan saling menyerang," imbuhnya. (TRIBUNJOGJA.com)
Beberapa waktu belakangan ini, sejumlah publik tanah air diramaikan dengan kabar bahwa Malaysia telah mengklaim lumpia semarang sebagai makanan tradisionalnya. Hal ini mengemuka ketika Generasi kelima pencipta jajanan Lumpia Semarang, Cik Me Me bersama dengan aktivis dari Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada Jumat (20/2/2015) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka menggelar aksi untuk menyampaikan pesan moral agar Malaysia tidak mengklaim makanan Lumpia Semarang.
Menanggapi aksi protes tersebut, seorang chef ternama asal Malaysia Datuk Redzuawan Ismail atau yang dikenal pula dengan sapaan Chef Wan, menilai bahwa protes warga soal polemik lumpia semarang yang dikabarkan diklaim oleh negaranya, merupakan aksi protes yang memalukan.
Sebagaimana dilansir The Rakyat Post, Minggu (22/2/2015), Chef Wan melalui akun instagramnya bahkan menjelaskan bahwa mereka yang melakukan protes terhadap kabar klaim lumpia oleh Malaysia itu merupakan orang-orang yang tampaknya belum pernah pergi ke luar negeri dan menyaksikan bagaimana keragaman kuliner di negara lain.
Alasannya, makanan sepeti lumpia ini ada pula di berbagai negara namun dengan nama yang berbeda-beda, sedangkan untuk cara pembuatan dan penyajiannya sama saja. Bahkan, di Meksiko pun ada makanan yang menyerupai lumpia yang bernama Chimichanga.
Sedangkan di Malaysia sendiri dikenal dengan istilah Popia. Sementara di China, lumpia dikenal sejak Dinasti Jin Timur atau sekitar tahun 265 hingga 420 masehi.
"Di Thailand dan Vietnam juga mereka memiliki versi sendiri. Tapi mereka tidak repot-repot seperti yang Indonesia lakukan. Ini memalukan," tandasnya.
Ia menambahkan bahwa hal itu seharus tidak menjadi perdebatan berkepanjangan lantaran pada dasarnya makanan merupakan anugerah yang patut disyukuri dan seharusnya menjadi media untuk membentuk persahabatan dan bukan sebaliknya justru memicu pertentangan.
"Allah menganugerahkan kepada kita makanan enak untuk dimakan, berbahagialah dan ciptakan persahabatan, bukan saling menyerang," imbuhnya. (TRIBUNJOGJA.com)
eberapa waktu belakangan ini, sejumlah publik tanah air diramaikan dengan kabar bahwa Malaysia telah mengklaim lumpia semarang sebagai makanan tradisionalnya. Hal ini mengemuka ketika Generasi kelima pencipta jajanan Lumpia Semarang, Cik Me Me bersama dengan aktivis dari Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada Jumat (20/2/2015) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka menggelar aksi untuk menyampaikan pesan moral agar Malaysia tidak mengklaim makanan Lumpia Semarang.
Menanggapi aksi protes tersebut, seorang chef ternama asal Malaysia Datuk Redzuawan Ismail atau yang dikenal pula dengan sapaan Chef Wan, menilai bahwa protes warga soal polemik lumpia semarang yang dikabarkan diklaim oleh negaranya, merupakan aksi protes yang memalukan.
Sebagaimana dilansir The Rakyat Post, Minggu (22/2/2015), Chef Wan melalui akun instagramnya bahkan menjelaskan bahwa mereka yang melakukan protes terhadap kabar klaim lumpia oleh Malaysia itu merupakan orang-orang yang tampaknya belum pernah pergi ke luar negeri dan menyaksikan bagaimana keragaman kuliner di negara lain.
Alasannya, makanan sepeti lumpia ini ada pula di berbagai negara namun dengan nama yang berbeda-beda, sedangkan untuk cara pembuatan dan penyajiannya sama saja. Bahkan, di Meksiko pun ada makanan yang menyerupai lumpia yang bernama Chimichanga.
Sedangkan di Malaysia sendiri dikenal dengan istilah Popia. Sementara di China, lumpia dikenal sejak Dinasti Jin Timur atau sekitar tahun 265 hingga 420 masehi.
"Di Thailand dan Vietnam juga mereka memiliki versi sendiri. Tapi mereka tidak repot-repot seperti yang Indonesia lakukan. Ini memalukan," tandasnya.
Ia menambahkan bahwa hal itu seharus tidak menjadi perdebatan berkepanjangan lantaran pada dasarnya makanan merupakan anugerah yang patut disyukuri dan seharusnya menjadi media untuk membentuk persahabatan dan bukan sebaliknya justru memicu pertentangan.
"Allah menganugerahkan kepada kita makanan enak untuk dimakan, berbahagialah dan ciptakan persahabatan, bukan saling menyerang," imbuhnya. (TRIBUNJOGJA.com)

Beberapa waktu belakangan ini, sejumlah publik tanah air diramaikan dengan kabar bahwa Malaysia telah mengklaim lumpia semarang sebagai makanan tradisionalnya. Hal ini mengemuka ketika Generasi kelima pencipta jajanan Lumpia Semarang, Cik Me Me bersama dengan aktivis dari Forum Masyarakat Peduli Budaya Indonesia (FORMASBUDI) menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada Jumat (20/2/2015) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Mereka menggelar aksi untuk menyampaikan pesan moral agar Malaysia tidak mengklaim makanan Lumpia Semarang.
Menanggapi aksi protes tersebut, seorang chef ternama asal Malaysia Datuk Redzuawan Ismail atau yang dikenal pula dengan sapaan Chef Wan, menilai bahwa protes warga soal polemik lumpia semarang yang dikabarkan diklaim oleh negaranya, merupakan aksi protes yang memalukan.
Sebagaimana dilansir The Rakyat Post, Minggu (22/2/2015), Chef Wan melalui akun instagramnya bahkan menjelaskan bahwa mereka yang melakukan protes terhadap kabar klaim lumpia oleh Malaysia itu merupakan orang-orang yang tampaknya belum pernah pergi ke luar negeri dan menyaksikan bagaimana keragaman kuliner di negara lain.
Alasannya, makanan sepeti lumpia ini ada pula di berbagai negara namun dengan nama yang berbeda-beda, sedangkan untuk cara pembuatan dan penyajiannya sama saja. Bahkan, di Meksiko pun ada makanan yang menyerupai lumpia yang bernama Chimichanga.
Sedangkan di Malaysia sendiri dikenal dengan istilah Popia. Sementara di China, lumpia dikenal sejak Dinasti Jin Timur atau sekitar tahun 265 hingga 420 masehi.
"Di Thailand dan Vietnam juga mereka memiliki versi sendiri. Tapi mereka tidak repot-repot seperti yang Indonesia lakukan. Ini memalukan," tandasnya.
Ia menambahkan bahwa hal itu seharus tidak menjadi perdebatan berkepanjangan lantaran pada dasarnya makanan merupakan anugerah yang patut disyukuri dan seharusnya menjadi media untuk membentuk persahabatan dan bukan sebaliknya justru memicu pertentangan.
"Allah menganugerahkan kepada kita makanan enak untuk dimakan, berbahagialah dan ciptakan persahabatan, bukan saling menyerang," imbuhnya. (TRIBUNJOGJA.com)

Comments

Popular posts from this blog

Makalah Iman, Kufur, Nifaq dan Syirik

BAB I PENDAHULUAN A.       Latar Belakang Kehidupan masyarakat yang modern dengan arus globalisasi yang cenderung pada materialism-hedonistik sering mendewa-dewakan harta, kedudukan dan kemewahan tanpa menghiraukan norma-norma agama, dipengaruhi beberapa faktor, baik eksternal maupun internal dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia sering kehilangan pedoman hidup. Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu aqidah atau keyakinan dan sesuatu yang diamalkan atau amaliyah. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan perbuatan. Keimanan dalam islam merupakan dasar atau pondasi yang diatasnya berdiri syariat-syariat islam. Keimanan kita kepada Allah SWT harus terus menerus dipupuk agar semakin kokoh dan kuat, karena ketika keimanan kita terkikis akan menyeret kita kepada kufur. Kekufuran apabila tertanam dalam jiw

Contoh Laporan KKN Terbaru

BAB 1 PENDAHULUAN A.     Dasar Pemikiran Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM)   merupakan sebuah program pengabdian masyarakat yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa di perguruan tinggi. KPM merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat, dimana dalam kegiatan ini mahasiswa diterjunkan langsung   ke dalam masyarakat serta diharapkan dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinngi guna untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Mahasiswa sebagai director of change diharapkan mampu membawa perubahan bagi masyarakat ke arah yang lebih abik melalui proses penganalisaan masalah dalam struktur masyarakat hingga penentuan solusi terbaik dalam memecahkannya. Pengabdian masyarakat yang dilakukan harus diupayakan secara berkesinambungan dengan melakukan berbagai program pelatihan yang dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Program pelatihan yang dilakukan dapat berupa pengalaman ilmu pengetahuan , teknolog

Materi Manajemen Portofolio

BAB II PEMBAHASAN A.   Pengertian Manajemen Portofolio Menurut ahli keuangan J Fred Weston, portofolio dapat diartikan sebagai kombinasi atau gabungan berbagai aktiva. Aktiva itu dapat diartikan sebagai investasi surat berharga finansial seperti deposito, properti atau real aset, obligasi, saham, dan bentuk penyertaan lainnya. [1] Portofolio merupakan kumpulan dari instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran umum investasi. Sasaran dari suatu portofolio investasi tentunya sangat tergantung pada individu masing-masing investor. [2] Portofolio menggambarkan kepemilikan dari pada instrumen investasi yang disusun dengan perencanaan yang matang untuk pencapaian hasil yang optimal melalui penyebaran risiko. Portofolio mempunyai beberapa alternatif variasi dengan pertimbangan investor harus melihat risiko dan tingkat keuntungan yang bergerak positif didalam portofolio. Portofolio merupakan sekumpulan investasi yang menyangkut identifikasi saham-saham yang mana aka